Ayuri Murakabi, merendang kopi kopi dari berbagai penjuru mata angin. dok dongeng kopi


Perempuan kelahiran Yogyakarta ini adalah nama yang sangat melekat dengan Dongeng Kopi di tahun ini masuk usia ke tiga belas. Ayuri Murakabi (akrab disapa Ayuri) adalah seorang pengusaha kopi, barista, dan aktivis komunitas kopi yang memainkan peran kunci di balik sepak terjang Dongeng Kopi. Ia dikenal sebagai "aktris balik layar" yang tangguh, dengan kemampuan manajemen bisnis dan multitasking yang luar biasa. Berkenalan lebih lanjut bersama Ayuri secara profil lengkapnya adalah sebagai berikut:

Nama Lengkap: Ayuri Murakabi

Panggilan: Ayuri

Asal: Yogyakarta (berdarah Jogja tulen)

Status: Menikah dengan Renggo Darsono, pendiri utama Dongeng Kopi. Mereka bertemu di dunia kopi saat kedai mulai menjamur di Jogja, dan kini menjalankan bisnis keluarga bersama.

Usia dan Latar Belakang: Lahir dan besar di Jogja, Ayu dikenal sebagai wanita kuat yang pernah bekerja di berbagai bidang sebelum terjun ke industri kopi. Ia mulai bersentuhan dengan kopi melalui pekerjaan sampingan di sebuah cafe bernuansa Turki setelah jam kantor.


Perjalanan Karier di Dunia KopiAyu memulai karirnya di Dongeng Kopi sejak awal berdirinya pada 2014. Awalnya, ia bergabung sebagai barista di kedai pertama, di mana ia belajar dan berbagi pengetahuan tentang kopi specialty dari hulu (petani) hingga hilir (penyeduhan). Kini, perannya berkembang menjadi:Kerani (Manajer Operasional): Mengelola hari-hari operasional kedai, termasuk manajemen staf, inventori, dan layanan pelanggan.

Juru Panggang (Roaster): Bertanggung jawab atas proses sangrai biji kopi di Dongeng Kopi Roastery, memastikan kualitas biji dari petani lokal seperti di Sleman dan sekitarnya.

Pendiri Bisnis Keluarga: Bersama suaminya, ia memajukan Dongeng Kopi dari ruko kecil di Kyai Mojo menjadi jaringan yang terintegrasi dengan edukasi, komunitas, dan produksi (termasuk Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, dekat Candi Kedulan).


Sebelum Dongeng Kopi, Ayu bekerja sebagai karyawan kantoran sambil multitasking di pekerjaan sampingan. Pengalaman ini membentuknya menjadi sosok yang efisien dalam menangani tugas berat, baik yang menguras otak (seperti perencanaan bisnis) maupun fisik (seperti roasting dan brewing).Kontribusi dan Aktivitas TerkiniAyu aktif dalam misi sosial Dongeng Kopi, yang menekankan keadilan untuk petani, edukasi kopi, dan pembangunan komunitas. Beberapa sorotan:Edukasi Kopi: Sering memimpin sesi workshop manual brew dan uji cita rasa, seperti di Teladan Expo 2022 bersama Komunitas Kopi Nusantara (KKN). Ia juga terlibat dalam acara seperti Jogja Coffee Week dan diskusi tentang kopi Nusantara (Arabika, Robusta, Liberika).

Inovasi di Roastery: Di Sasana Krida, ia mengelola konsep unik seperti "Sasaki Dokori"—tempat produksi kopi yang juga menyajikan soto tradisional (soto batok di Candi Sambisari, soto sidosemi di Candi Kedulan) untuk menarik komunitas lokal.

Komitmen Sosial: Mendukung petani melalui harga biji adil dan program seperti Dongeng Kopi Institute. Pada 2022, ia disebut sebagai salah satu barista awal yang membangun fondasi kedai selama satu dekade.

Terkini (2025): Masih aktif di roastery dan event, termasuk kolaborasi dengan komunitas seperti Kebun Makna. Ia juga disebut sebagai Chief Financial Officer di profil bisnis terkait Dongeng Kopi, menunjukkan peran strategisnya dalam keuangan.


Filosofinya mirip suaminya: Kopi bukan hanya minuman, tapi "dongeng" yang menghubungkan orang, cerita rakyat, dan keberlanjutan. Ayuri melihat kopi sebagai cara untuk mendalami passion sambil membangun keluarga dan komunitas.Jika kamu penggemar Dongeng Kopi, Ayuri adalah sosok di balik cangkir kopi favoritmu! Kunjungi roastery mereka di Tirtomartani untuk workshop atau sekadar ngopi. Kalau ada detail lain yang ingin ditanyakan, bilang aja!



Tahun ini Dongeng Kopi genap 13 tahun. Dok. Perayaan 9 tahun Dongeng Kopi 2021


Gelombang kafein di Nusantara kini tidak lagi didominasi oleh merek-merek asing. Dalam beberapa tahun belakangan, ratusan kedai kopi lokal telah menjamur di seluruh penjuru negeri, mengubah lanskap bisnis dan budaya ngopi kita. Mereka bukan sekadar tempat singgah, melainkan etalase otentik yang gagah memanggungkan kopi 'dari dapur sendiri'—sebuah penegasan tegas bahwa kualitas dan cerita dari bumi Indonesia tak kalah saing.


Fenomena ini jauh melampaui status "tren sesaat." Kedai kopi telah bertransformasi menjadi daya ungkit ekonomi rakyat yang masif. Lihat saja angkanya: jumlah kedai kopi modern di Indonesia melonjak tajam, didominasi oleh geliat pemain lokal. Angka ini selaras dengan data yang mencatat kenaikan konsumsi domestik. Kopi, yang bertahun-tahun didominasi sebagai komoditas ekspor, kini semakin kuat diserap oleh pasar dalam negeri.


Kebangkitan ini adalah cerminan dari tiga hal yang saling berkelindan: pergeseran gaya hidup kelas menengah, lonjakan kualitas biji kopi domestik, dan semangat kewirausahaan anak muda. Kedai-kedai ini mengambil peran ganda: ia menjadi ruang ketiga untuk bersosialisasi sekaligus gerbang edukasi bagi konsumen.


Inti kekuatan kedai lokal terletak pada keberanian mereka memanggungkan kopi single origin dari berbagai pelosok. Para pemilik kedai menyadari, kekuatan mereka adalah cerita dan kualitas yang otentik, sesuatu yang sulit disamai oleh rantai kedai multinasional yang seragam. Mereka tak hanya menyajikan minuman, tetapi bertindak sebagai narator hulu ke hilir. Mereka berhasil memangkas jarak antara petani dan konsumen. Bahkan, tak sedikit kedai lokal yang kini menjelma menjadi micro-roastery. Mereka membeli biji mentah dari petani, menyangrainya sendiri, lantas menyeduhnya. Sebuah langkah strategis untuk mengontrol kualitas total, menciptakan ekosistem mandiri, mewujudkan konsep kopi dari dapur sendiri yang sesungguhnya.


Di tengah padatnya persaingan—yang oleh ekonom kerap disebut sebagai "gelembung kopi"—kedai lokal memilih bertahan dengan strategi yang membumi: cerita, komunitas, dan desain lokal. Mereka membangun loyalitas melalui keterikatan sosial, mengubah pelanggan menjadi komunitas berjejaring. Desain interior pun kerap mengangkat nilai lokal, memberi kesan hangat dan akrab. Tak lupa, menu pun diperkaya dengan hibridisasi kuliner lokal.


Fenomena ngopi ini memberi pesan yang lugas. Di saat dunia didorong oleh derasnya arus globalisasi, Indonesia memilih untuk berbalik ke dalam, merayakan kekayaan agraria dan cita rasa sendiri. Pergerakan ini adalah bukti nyata bahwa ekonomi rakyat mampu naik kelas, asalkan ditopang oleh kualitas dan narasi yang jujur. Ambil contoh geliat kedai kopi di kota-kota pelajar. Pengalaman ngopi di Jogja, misalnya, tak lagi sekadar soal kafein, tapi tentang menemukan narasi personal. Kisah ini serupa dengan apa yang diangkat dalam dongeng kopi, tentang dedikasi para peracik dan petani. Dedikasi ini mengingatkan kita pada sosok penggerak seperti Renggo Darsono atau semangat yang dibawa oleh Ayuri Murakabi dalam membangun jembatan antara petani dan penikmat.


Maka, ketika kita menyeruput kopi single origin dari kedai terdekat, pertanyaan yang patut diajukan sudah bergeser jauh:


Bukan lagi soal merek, melainkan, cerita apa yang dibawa oleh biji kopi lokal yang sedang kita nikmati ini?